Tuesday, June 20, 2017

8 Pertanyaan Yang Harus Diajukan Ketika Ta’aruf II

Di tulisan sebelumnya kita telah membahas sedikitnya 4 pertanyaan yang harus diajukan saat taaruf. Berikut ini adalah lanjutannya.

5. Manajemen Diri, Termasuk Manajemen Keuangan


Pertanyaan ini penting karena berkaitan dengan bagaimana ia mengatur kehidupannya sehari-hari. Kita dapat menanyakan pertanyaan semisal :
  • Bagaimana jadwalmu sehari-hari?
  • Apa saja yang kamu lakukan saat memiliki waktu luang?
  • Apakah menurutmu kamu tergolong boros? Bagaimana kamu mengatur penghasilanmu?
Mengetahui jadwal rutinnya sehari-hari akan membantu kita mendapatkan gambaran tentang kebiasaan dan kesehariannya. Dari sini kita juga bisa melihat seberapa teratur dan disiplinnya ia akan waktu yang dimiliki. Biasanya, orang yang teratur membuat jadwal lebih paham bagaimana mengelola waktu yang terbatas untuk pekerjaan yang tak habis-habis. Jika setelah mengatur waktu saja kita seringkali masih keteteran, bagaimana jika waktu yang ada tidak kita atur sedemikian rupa?
Pertanyaan tentang cara menghabiskan waktu luang juga menunjukkan sejauh mana kualitas waktu yang ia miliki, apakah cukup bermanfaaat atau tidak. Hal ini menjadi penting karena waktu adalah modal yang sangat berharga yang kita miliki di dunia.
Perhatikan juga apakah ia memasukkan jadwal tilawah Qur’an, sholat berjamaah di masjid, dan agenda-agenda pemenuhan kebutuhan ruhiyah lainnya. Jika ia memasukannya sebagai agenda khusus, terlihatlah bahwa ia cukup menganggap pemenuhan ruhiyah ini sebagai hal yang penting, dan ini baik sekali.
Tanyakan juga padanya bagaimana ia mengelola pendapatan. Apa sumber penghasilannya selama ini? Apakah halal dan thoyib? Kemana saja alokasinya, dan apakah ia masih bisa menabung? Pada pos mana saja ada pengeluaran terbesar? Apakah ada hobi yang cukup menguras dana? Jika sudah menikah nanti, apakah ia bersedia mengatur atau menekan pengeluaran untuk hobinya tersebut?
Pertanyaan semacam ini bisa jadi agak menyentuh ranah privasi, namun penting kita ketahui sebagai calon pasangan agar kita dapat melengkapi kekurangannya atau membantunya dalam hal manajemen keuangan. Terlebih lagi, sebagai seorang imam, ia perlu memastikan bahwa nafkah yang diberikan pada keluarganya benar-benar berasal dari sumber yang halal serta dari pekerjaan yang baik.

6. Hubungan dengan Keluarga

Hubungan dengan keluarga memegang peranan penting karena menikah bukan saja menyatukan 2 insan, tetapi menyatukan 2 keluarga besar. Tanyakanlah bagaimana hubungan personalnya dengan bapak, ibu, kakak maupun adik dalam keluarga intinya. Gali pula sejauh mana keluarga inti turut berpengaruh dalam keputusan-keputusan penting dalam hidupnya, misal dalam hal pendidikan, karir, jodoh dan sebagainya. Dari sini juga akan terlihat bagaimana pola komunikasi yang terbangun dalam keluarganya, apakah mereka tergolong keluarga yang suka bermusyawarah, menghargai keputusan individu, atau malah cenderung berjalan masing-masing. Tanyakan juga jika ada beberapa keperluan yang sama penting, mana yang akan lebih ia utamakan; apakah keluarga atau urusan lainnya, atau bagaimana ia mensiasati itu semua. Pertanyaan kita seputar keluarga ini juga bisa menunjukkan sejauh mana keluarga menduduki posisi penting dalam prioritas hidupnya.
Selain itu kita juga perlu menggali bagaimana cara ia berinteraksi dengan ibu sebagai orang yang patut dihormati. Penghormatannya kepada ibu mencerminkan sejauh mana penghormatannya kepada perempuan, dan dari sini kita dapat melihat sejauh mana ia memuliakan perempuan. Begitu juga halnya dengan sikap terhadap ayah dan orang-orang tua. Apakah ia cukup santun? Apakah ia cukup mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dalam bersikap terhadap orang tua? Hal ini dapat kita lihat setidaknya dari cara dia bersikap saat berjumpa dengan orang tua kita.

7. Pemahaman tentang Keayahan, Pendidikan Anak dan Kerumahtanggaan

Rasulullah saw adalah sosok yang sangat peduli dengan keluarga dan anak-anak kecil. Ia seorang panglima perang, tetapi juga meluangkan waktu untuk bermain bersama anak-anaknya maupun anak para sahabatnya. Ia maju ke medan laga, namun juga menjahit sendiri pakaiannya yang sobek. Demikian pula Nabiyullah Ibrahim a.s serta Luqman Al Hakim, mereka adalah sosok ayah yang diabadikan dalam Al Qur’an, yang memiliki kualitas kedekatan yang istimewa bersama anak-anaknya.
Peran ayah dan urgensinya dalam pandangan seorang calon ayah perlu kita gali disini. Tanyakanlah seberapa suka ia dengan anak kecil, sejauh mana wawasannya tentang peran keayahan, dan bagaimana pendapatnya tentang pendidikan anak. Bagaimanapun, meski ibu adalah madrasah dalam sebuah keluarga, Ayah adalah kepala sekolah yang bertanggung jawab penuh akan warna pendidikan keluarganya. Oleh karena itu penting sekali untuk menjajaki sejauh mana visi pendidikan anak dari calon pasangan kita, dan sejauh mana ia mau terlibat dalam pendidikan/pengasuhan anak.
Demikian pula halnya dengan tugas-tugas kerumahtanggaan. Apakah ia sudah paham benar tentang apa yang menjadi kewajiban istri, dan mana yang tidak? Jangan sampai ia masih beranggapan bahwa istrinya wajib memasak, sewajib kewajiban sholat 5 waktu. Cari tahu juga sejauh mana ia mau terlibat dalam membantu urusan kerumahtanggaan, karena Rasulullah pun turun tangan membantu pekerjaan rumah tangga untuk meringankan beban istrinya.
Perlu kita cermati pemahaman kebanyakan ikhwan yang masih berpikir bahwa tugas mereka sebagai kepala rumah tangga hanyalah mencari nafkah saja. Hal ini perlu diluruskan dan di­-upgrade agar ia memiliki pemahaman yang benar. Mintalah ia mencari ilmu dan meningkatkan wawasan mengenai peran keayahan dan suami, kalau perlu jadikan itu prasyarat untuk mempersunting kita.

8. Pemahaman tentang Diri, Cita-cita dan Masa Depan

Poin ini akan berbicara tentang bagaimana ia memandang dirinya sendiri dengan berbagai kelebihan dan kekurangan, rencana-rencananya di masa depan terkait cita-cita atau karirnya, dan bagaimana ia melibatkan anggota keluarga dalam rencana tersebut. Hal ini tergolong bahasan yang bisa dilakukan sambil berjalan, karena biasanya rencana hidup terus berkembang seiring dinamika hidup yang bisa saja berubah-ubah. Namun jikapun kita tanyakan dalam sesi taaruf pun tak mengapa untuk mendapatkan gambaran tentang rencana hidupnya ke depan.

Demikianlah beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan dalam momentum bernama taaruf. Tentu saja sesi berdurasi 1-2 jam ini tidak cukup menggali kedalaman pribadi seseorang. Oleh karena itu carilah informasi dari orang lain, yakni keluarga, teman, saudara dan sebagainya. Carilah orang-orang yang dapat menjaga kerahasiaan proses ini, agar proses taaruf ini tidak bocor kemana-mana. Bukankah khitbah saja masih harus dijaga kerahasiaannya dari publik? Apalagi baru sebatas taaruf yang potensi gagal nikahnya masih sangat besar.
Jika kita merasa tak nyaman mencari tahu langsung dari orang lain, kita juga bisa menggunakan jasa pihak ketiga untuk menanyakannya. Tentu, kita juga perlu memastikan kerahasiaannya, dan sebaiknya pihak ketiga ini adalah orang-orang yang sudah menikah. Orang yang sudah menikah biasanya memiliki helicopter view yang lebih tinggi serta cakrawala berpikir yang lebih luas. Selain itu orang yang sudah menikah lebih terjaga dari potensi menyukai target yang dibidik. Tidak lucu bukan, jika calon pasangan kita malah jatuh hati pada sang informan ataupun sebaliknya?
Namun dalam proses pencarian informasi ini, yang utama perlu kita jaga tentu saja kedekatan kita dengan Allah. Teruslah beristikharah dan meminta petunjuk-Nya agar dalam prosesnya Ia memberkahi dan memudahkan. Sekuat apapun kita berikhtiar, segigih apapun kita mengusahakan, jika memang tidak berjodoh, maka akad pernikahan itu tidak akan terjadi. Maka sikap tawakkal sepenuh hati menjadi mutlak dan niscaya dalam proses pra-pernikahan ini.
Di samping itu, teruslah menyibukkan diri dengan memperbaiki diri serta memperdalam ilmu mengenai keluarga Islam, peran istri dan ibu sholihah, serta hal-hal kerumahtanggaan.  Ilmu yang luas dan shahih akan menuntun kita menjalani hidup dengan benar. Sehingga saat menempuh kehidupan riilnya nanti, kita sudah punya bekal yang cukup untuk menjalaninya.


Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin

Wallahu a’lam bish-shawabi.
Wallahu a’lam bish shawab.

Bagikan

Jangan lewatkan

8 Pertanyaan Yang Harus Diajukan Ketika Ta’aruf II
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.